Selasa, 03 Mei 2011

total quality management

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kualitas menjadi faktor utama bagi konsumen sebelum memutuskan membeli suatu produk (barang atau jasa). Produk dengan dengan kualitas baik, tahan lama, dan handal akan menjadi referensi utama bagi pelanggan ketika dia atau sahabatnya ingin memiliki produk sejenis. Brand (merek) perusahaan produsen akan meningkat dan semakin dikenal masyarakat. Sebaliknya, pengalaman seseorang membeli produk dengan mutu yang mengecewakan (disadari atau tidak) dapat menjadi ”iklan negatif” yang sangat tidak menguntungkan pihak produsen. Cepat atau lambat, produk yang berkualitas rendah akan ditinggalkan oleh konsumen.
Yang menarik, tingkat atau standar konsumen akan kualitas suatu produk telah berubah dari waktu ke waktu dengan tren yang terus meningkat, dimana konsumen semakin selektif dan kritis. Pilihan merek produsen yang banyak bisa saja menjadi salah satu penyebabnya. Ketika seorang konsumen pernah kecewa pada suatu brang tertentu, maka sangat tersedia banyak pilihan untuk beralih dan mencoba produk merek lain.
Selain harga jual yang kompetitif dan ketersediaan barang/produk ketika calon konsumen ingin membeli, maka faktor kualitas/mutu adalah hal yang sangat diperhatikan oleh setiap produsen baik yang bergerak pada industri elektronik, otomotif, makanan, layanan jasa atau industri apa saja pun. Buktinya? Kalau kita masuk ke sebuah perusahaan (yang bergerak di bidang apa pun) akan sangat jarang ditemukan struktur organisasi tanpa bagian atau departemen kualitas.
Hampir semua perusahaan (khususnya bidang manufaktur) mempunyai bagian quality control atau quality assurance atau apa pun namanya. Bagian atau departemen ini bertanggung jawab terhadap output produk yang dihasilkan dan dijual di pasar.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari pemaparan latar belakang di atas maka dapat disimpulkan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan Total Quality Management (TQM)?
2. Bagaimanakah sejarah munculnya Total Quality Management?
3. Bagaimanakah perkembangan TQM di Indonesia?
C. TUJUAN PENULISAN
Setelah merumuskan beberapa hal seperti yang telah disebut di atas maka dapat disimpulkan beberapa tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari total quality management (TQM).
2. Untuk mengetahui sejarah munculnya total quality management.
3. Untuk mengetahu bagaimana perkembangan TQM di Indonesia.
D. MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini tidak lain adalah untuk menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa pada umumnya dan masyarakat pada khususnya mengenai Total Quality Management (TQM) Indonesia. Serta memberikan pemahaman akan pentingnya pemberlakuan sistem total quality management baik pada instansi atau organisasi baik yang tidak mencari keuntungan/pelayanan sosial maupun organisasi atau instansi lain yang ingin mencari keuntungan.





BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT

TQM atau Total Quality Management (Bahasa Indonesia: manajemen kualitas total) adalah strategi manajemen yang ditujukan untuk menanamkan kesadaran kualitas pada semua proses dalam organisasi. Sesuai dengan definisi dari ISO, TQM adalah "suatu pendekatan manajemen untuk suatu organisasi yang terpusat pada kualitas, berdasarkan partisipasi semua anggotanya dan bertujuan untuk kesuksesan jangka panjang melalui kepuasan pelanggan serta memberi keuntungan untuk semua anggota dalam organisasi serta masyarakat."
Definisi pendeknya, TQM adalah costumer focus dan company-wide dengan melakukan:
• aktifitas pendekatan sistem
• aktifitas pendekatan ilmiah
sehingga untuk menjadi perusahaan yang terunggul sebuah perusahaan memberikan kepuasan konsumen melalui produk yang dihasilkan dan jasa kemudian hasilnya untuk meningkatkan unjuk kerja perusahaan.
Filosofi dasar dari TQM adalah "sebagai efek dari kepuasan konsumen, sebuah organisasi dapat mengalami kesuksesan."
“Kendaraan” yang digunakan dalam TQM:
1. Manajemen Harian
2. Manajemen Kebijakan
3. Manajemen Cross-functional
4. Gugus Kendali Mutu
TQM telah digunakan secara luas dalam manufaktur, pendidikan, pemerintahan, dan industri jasa, bahkan program-program luar angkasa dan ilmu pengetahuan NASA.
B. SEJARAH MUNCULNYA TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)
Sesungguhnya manajemen kualitas mencatat bahwa ada perubahan/evolusi yang terjadi di dunia industri di seluruh dunia yang berlangsung dari waktu ke waktu. Pada gambar di atas terlihat bahwa sistem manajemen kualitas dimulai dengan dilakukannya inspeksi (inspection) pada tahun 1920-an, yang kemudian berkembang menjadi pengendalian kualitas (quality control) tahun 1940-an.
“Tidak berhenti disini, pada tahun 1970-an kita mengenal sistem penjaminan kualitas (quality assurance), yang kemudian dalam perkembangan terakhir dari sistem manajemen kualitas menjadi manajemen kualitas terpadu atau manajemen kualitas total (total quality management).”
Adapun jenis perlakuan atau tindakan yang dilakukan pada masing-masing era adalah:
1. Sistem inspeksi (tahun 1920-an):
- menyelamatkan (salvage)
- mensortir (shorting)
- tindakan korektif (corrective action)
- mengidentifikasi sumber (source) ketidaksesuaian (non-conformance)

2. Sistem pengendalian kualitas (tahun 1940-an):
- mengembangkan manual kualitas (develop quality manual)
- data performa proses (process performance data)
- pegetesan produk (testing product)
- perencanaan kualitas dasar (basic quality planning)
- inspeksi mandiri (self-inspection)
- menggunakan statistik dasar (use of basic statistics)
3. Sistem penjaminan kualitas (tahun 1970-an):
- perencanaan kualitas lanjut (advanced quality planning)
- manual kualitas terpadu (compherensive quality manual)
- menggunakan biaya/ongkos kualitas (use of quality cost)
- melibatkan operasi di luar bagian produksi (involvement of non-production operations)
- pengendalian proses statistik (statistical process control)
- menganalisa penyebab dan akibat (failure mode and effect analysis)
- menerapkan sistem audit

4. Sistem manajemen kualitas terpadu/manajemen kualitas total (tahun 1970-an sampai sekarang):
- menerapkan sistem perbaikan berkelanjutan (aim for continuous improvement)
- keterlibatan semua operasi (involve all operations)
- melibatkan pemasok dan konsumen (involve suppliers & customers)
- kerjasama tim (teamwork)
- melibatkan pekerja (employee involvement)
- pengukuran performa (performance measurement)
Adanya perkembangan kualitas/mutu tidak terlepas dari andil dan kontribusi para pelopor dan tokoh kualitas dunia. W. Edward Deming yang terkenal dengan Deming’s 14 point. Joseph M. Juran dengan Juran’s Trilogy Quality (meliputi: quality planning, quality control dan quality improvement).
Dunia juga mengenal Quality is free-nya Philip B Crosby. Ada juga Three steps to quality yang dicetuskan oleh A.V. Feigenbaum. Tak ketinggalan, dari Asia tercatat nama Kaoru Ishikawa dan Genichi Taguchi, dan sederet nama besar lainnya.
Evolusi manajemen kualitas terus bergulir dan menuntut setiap produsen untuk meningkatkan kualitas dalam rangka memenuhi permintaan dan keinginan pelanggan. Hanya perusahaan yang memperhatikan dan menempatkan kualitas di tempat teratas yang mampu bertahan di tengah ganasnya persaingan bisnis.
C. PERKEMBANGAN TQM DI INDONESIA
Total Quality Management (TQM) atau Manajemen Mutu Menyeluruh adalah suatu konsep manajemen yang telah dikembangkan sejak lima puluh tahun lalu dari berbagai praktek manajemen serta usaha peningkatan dan pengembangan produktivitas.
Di masa lampau, literatur manajemen berfokus pada fungsi-fungsi kontrol kelembagaan, termasuk perencanaan, pengorganisasian, perekrutan staf, pemberian arahan, penugasan, strukturisasi dan penyusunan anggaran. Konsep manajemen ini membuka jalan menuju paradigma berpikir baru yang memberi penekanan pada kepuasan pelanggan, inovasi dan peningkatan mutu pelayanan secara berkesinambungan. Faktor-faktor yang menyebabkan lahirnya "perubahan paradigma" adalah menajamnya persaingan, ketidak-puasan pelanggan terhadap mutu pelayanan dan produk, pemotongan anggaran serta krisis ekonomi. Meskipun akar TQM berasal dari model-model perusahaan dan industri, namun kini penggunaannya telah merambah sturuktur manajemen, baik di lembaga pemerintah maupun lembaga nirlaba.
TQM memperkenalkan pengembangan proses, produk dan pelayanan sebuah organisasi secara sistematik dan berkesinambungan. Pendekatan ini berusaha untuk melibatkan semua pihak terkait dan memastikan bahwa pengalaman dan ide-ide mereka memiliki sumbangan dalam pengembangan mutu. Ada beberapa prinsip-prinsip fundamental yang mendasari pendekatan semacam itu, seperti mempromosikan lingkungan yang berfokus pada mutu; - dimana terdapat komunikasi terbuka dan rasa kepemilikan pegawai - sistem penghargaan dan pengakuan; pelatihan dn pendidikan terus menerus, dan pemberdayaan pegawai.
Di Indonesia, TQM pertama kali diperkenalkan pada tahun 1980-an dan sekarang cukup populer di sektor swasta khususnya dengan adanya program ISO 9000. Banyak perusahaan terkemuka dan perusahaan milik negara telah mengadopsi TQM sebagai bagian dari strategi mereka untuk kompetitif baik di tingkat nasional mupun internasional. Tetapi TQM kurang begitu dikenal di sektor publik. Namun kini keadaan sudah berubah, faktor-faktor yang mendorong sektor swasta untuk beradaptasi dengan konsep ini, juga memiliki dampak terhadap cara pemerintah menyediakan pelayanan.
Indonesia kini berada dalam periode transisi, dari gaya pemerintahan otoriter yang sangat sentralistik menuju ke gaya pemerintahan bottom-up yang desentralistik, dimana pemerintah daerah berada dalam proses menerima otonomi daerah. Masa transisi ini berlangsung dalam masa krisis ekonomi dan restrukturasi yang memaksa pemerintah untuk mengeksplorasi model-model pengadaan pelayanan alternatif. Sebenarnya, UU No. 22 1999 (mencakup kepemerintahan daerah) memiliki potensi untuk mentransformasi cara pemberian pelayanan oleh pemerintah secara dramatis. UU ini bertujuan untuk memberdayakan pemerintah daerah, menguatkan masyarakat lokal dan meningkatkan kualitas pelayanan publik. Dalam konteks inilah terdapat peluang yang berharga untuk memperkenalkan dan melaksanakan TQM.
Namun demikian, penerapan TQM adalah suatu proses jangka panjang dan berlangsung terus menerus, karena budaya suatu organisasi sangatlah sulit untuk dirubah. Faktor-faktor yang membentuk budaya organisasi seperti struktur kekuasaan, sistem administrasi, proses kerja, kepemimpinan, predisposisi pegawai dan praktek-praktek manajemen berpotensi untuk menjadi penghambat perubahan. Terkadang kekuasaan paling penting di sektor publik tidak ditemukan dalam organisasi, tetapi lebih sering terdapat pada sistem yang lebih besar. Sebagai contoh, sistem pendidikan, personalia, peraturan dan anggaran berada di luar kekuasaan organisasi sektor publik.
Selain hambatan-hambatan yang berada di luar ruang lingkup sebuah organisasi, terdapat kendala lain yang khas di setiap organisasi, seperti kurangnya akuntabilitas terhadap pelanggan, tidak jelasnya visi dan misi, penolakan terhadap perubahan dan lemahnya komitmen di kalangan manajer senior untuk menerapkan TQM.
Potensi keberhasilan TQM sudah nampak dan dampaknya pun bisa diperlihatkan, sekarang yang dibutuhkan adalah keputusan untuk melaksanakan TQM. Hal ini mestinya menjadi bagian dari suatu strategi untuk meningkatkan komitmen lembaga- lembaga publik untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar